Ratusan perempuan Indonesia tergabung dalam komunitas pegiat kebaya untuk mengkampanyekan penggunaan kebaya sebagai pakaian sehari-hari. Salah satu yang terlibat dalam kampanye yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini adalah Atie Nitiasmoro.
Ia mengungkapkan, seiring berjalannya waktu, gerakan semakin masif sampai belakangan ini membuat kawula muda mulai percaya diri menggunakan kebaya dalam kesehariannya. “Dengan maraknya gerakan berkebaya, semakin menarik minat banyak perempuan dari berbagai usia dan kalangan untuk berkebaya,” kata Atie kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan pengamatannya, anak-anak muda memang masih belum berkebaya sehari-hari. Mereka masih menggunakannya untuk kegiatan non-formal seperti jalan-jalan. Mereka juga masih belum menggunakan kebaya sesuai pakemnya.
Namun, Atie senang melihat mereka mulai tertarik dengan salah satu pakaian tradisional Indonesia di tengah era serba modern saat ini. “Kalau untuk anak-anak muda, saya lihat lebih dengan ekspresi anak muda yang lebih suka memadukan kebaya dengan jeans, bahkan dengan celana pendek atau rok,” terang dia.
Pasalnya, sebelum kampanye berkebaya sehari-hari digaungkan, kebaya masih dianggap sebagai pakaian sehari-hari ibu-ibu di pedesaan. Ada pula yang menganggap kebaya sebagai pakaian yang hanya cocok digunakan untuk acara formal, seperti wisuda, pertunangan, pernikahan, atau acara kenegaraan. Namun, Atie tetap menyambut baik anak-anak muda itu. Ada potensi anak-anak muda yang tertarik untuk berkebaya sehari-hari karena telah merasa nyaman pakai kebaya untuk jalan-jalan.
Ditambah lagi, gerakan ini telah disambut baik oleh pemerintah Indonesia melalui penetapan Hari Kebaya Nasional setiap 24 Juli oleh Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 19 Tahun 2023. “Ini kan menyadarkan banyak pihak, pemangku kepentingan, bahwa kita memang harus bersama-sama menjaga dan melestarikan tradisi kita yang luhur,” ujar dia. Sebagai informasi, Atie dan empat pegiat kebaya lainnya, Indiah Marsaban, Rini Kusumawati, Tingka Adiati, dan Elvy Yusanti, menulis buku bertajuk “Kebaya Kaya Gaya”. Buku itu dipublikasi pada 23 Juli untuk merayakan Hari Kebaya Nasional pada 24 Juli.