Trenggalek – Keberadaan kesenian dan budaya erat kaitannya dengan sistem budaya dalam suatu masyarakat. Seperti kesenian jaranan Turonggo Yakso di Trenggalek. Kesenian ini menjadi salah satu kesenian yang merepresentasikan budaya setempat.
Apasih Turonggo Yakso ini ? Turonggo Yakso berasal dari kata “Turonggo” yang berarti jaranan dan “Yakso” yang berarti buto atau raksasa. Turonggo Yakso ini sudah dikenal sebagai kesenian asli Trenggalek sejak tahun 80-an. Kesenian tari Turonggo Yakso ini mulanya berasal dari upacara adat “Baritan” yang ada di salah satu kecamatan kabupaten Trenggalek yaitu kecamatan Dongko yang letaknya diujung barat daya kabupaten Trenggalek. Tarian ini menceritakan tentang kemenangan warga desa di kecamatan Dongko dalam mengusir keangkaramurkaan yang menyerang desanya.
Pola tarian Turonggo Yakso tidak lepas dari gerakan-gerakan tarian jaranan pada umumnya. Namun tetap saja tarian yang ditampilkan untuk pertunjukan sakral berbeda dengan tarian yang hanya digunakan sebagai hiburan. Ada yang lebih spesifik dari tarian Turonggo Yakso ini. Hal itu terletak pada kuda-kudaan yang ditungganginya. Kesenian jaranan pada umumnya menggunakan kuda-kudaan yang menggambarkan kuda yang benar-benar kuda. Namun hal ini berbeda dengan jaranan Turonggo Yakso, kuda-kudaan yang digunakan untuk menari adalah kuda dengan kepala raksasa, konon hal itu menggambarkan raksasa yang mengganggu aktivitas warga desa namun akhirnya dapat dikalahkan oleh ksatria.
Di daerah Trenggalek sendiri Turonggo Yakso sering ditampilkan dalam acara resmi sebagai hiburan. Selain itu biasanya pada acara Ulang Tahun Trenggalek pemerintah setempat mengadakan “Festival Turonggo Yakso”. Sampai saat ini tari jaranan Turonggo Yakso masih populer di kabupaten Trenggalek bahkan peminatnya pun tidak pandang bulu mulai dari golongan muda sampai golongan tua.